Pertama kali, saya ajak Anda menyimak kembali kisah yang dibacakan
Torey Hayden kepada Sheila, dalam buku Sheila, Luka Hati Seorang Gadis
Kecil, halaman 219 – 226, dalam judul The Little Prince.
* * *
Pangeran Kecil hidup sendirian dalam sebuah planet kecil, bersama
sebatang tanaman mawar yang sangat dirawatnya. Ketika Pangeran Kecil
berjalan-jalan melihat mawar liar, ia bertemu rubah seekor rubah.
“Kemari, bermainlah denganku,” kata Pangeran Kecil, “Aku sangat sedih”.
“Aku tidak bisa bermain denganmu,” kata rubah, “Aku belum dijinakkan.”
“Ah, maafkanlah aku,” kata Pangeran Kecil, tapi setelah berpikir beberapa saat, dia menambahkan, “Apa artinya itu –menjinakkan?”
“Itu adalah tindakan yang sering diabaikan,” kata rubah. “Menjinakkan artinya menjalin ikatan.”
“Menjalin ikatan?”
“Begitulah,” kata rubah. “Bagiku, kamu saat ini tidak lebih dari
seorang bocah kecil yang sama saja dengan ribuan bocah kecil lainnya.
Dan aku tidak membutuhkanmu. Dan kamu sendiri tidak membutuhkan aku.
Bagimu, aku tidak lebih dari seekor rubah seperti ratusan ribu rubah
lainnya.Tapi jika kamu menjinakkan aku, kita akan saling membutuhkan.
Bagiku kamu akan menjadi satu-satunya di dunia. Bagimu, aku akan menjadi
satu-satunya di dunia..”
“Hidupku sangat membosankan,” kata rubah.
“Aku berburu ayam, manusia memburuku. Semua ayam sama saja dan semua
manusia sama juga. Dan akibatnya aku jadi bosan. Tapi jika kamu
menjinakkan, akan terasa seolah matahari menyinari hidupku. Aku akan
mengenali suara langkah yang terdengar berbeda dari semua langkah lain.
Langkah-langkah lain akan mendorongku bergegas kembali ke bawah tanah.
Tapi langkahmu akan memanggilku, seperti musik, keluar dari
persembunyianku. Dan coba lihat: Kamu lihat ladang gandum jauh di sana?
Aku tidak makan roti. Gandum tidak ada manfaatnya bagiku. Ladang gandum
tidak punya arti apa-apa bagiku. Dan itu menyedihkan. Tapi rambutmu
berwarna emas. Pikirkan betapa indah jadinya nanti jika kamu telah
menjinakkan aku!”
“Butir-butir gandum yang juga berwarna keemasan, akan membuatku ingat
kepadamu. Dan aku akan sangat senang sekali mendengarkan suara angin
yang meniup butir-butir gandum..”
Lama rubah itu menatap sang Pangeran Kecil.
“Tolong, jinakkan aku!” katanya.
“Aku ingin, ingin sekali,” sahut Pangeran Kecil. “Tapi aku tidak
punya banyak waktu. Ada banyak teman yang harus kucari, dan banyak hal
yang harus kumengerti.”
“Orang hanya bisa mengerti hal-hal yang dijinakkannya,” kata rubah.
“Manusia tidak punya waktu lagi untuk mengerti apapun. Mereka membeli
barang yang telah tersedia di toko. Tapi dimana-mana tidak ada toko yang
menjual persahabatan, dan karenanya manusia tidak punya teman lagi.
Jika kamu ingin punya teman, jinakkan aku..”
“Apa yang harus kulakukan untuk menjinakkan kamu?” tanya Pangeran
Kecil. “Kamu harus sabar sekali,” sahut rubah. “Pertama-tama kamu duduk
agak jauh dariku –seperti itu– di atas rumput. Aku akan memandangmu dari
sudut mataku, kamu tidak boleh bilang apa-apa. Kata-kata adalah sumber
kesalahpahaman. Tetapi kamu akan duduk lebih dekat padaku setiap hari..”
Maka Pangeran Kecil menjinakkan rubah. Ketika waktu perpisahan hampir tiba,
“Ah,” kata rubah, “Aku akan menangis”
“Itu salahmu sendiri, aku tidak pernah berkeinginan untuk mencelakaimu. Sama sekali. Tetapi kamu ingin aku menjinakkan kamu..”
“Ya memang begitu,” kata rubah.
“Tapi sekarang kamu akan menangis !” kata Pangeran Kecil.
“Ya memang begitu,” kata rubah.
“Jadi itu tidak mendatangkan kebaikan bagimu sama sekali!”
“Tapi sekarang kamu akan menangis !” kata Pangeran Kecil.
“Ya memang begitu,” kata rubah.
“Jadi itu tidak mendatangkan kebaikan bagimu sama sekali!”
“Itu baik untukku,” kata rubah. “Karena warna ladang gandum itu.” Lalu ia menambahkan:
“Pergi dan lihatlah lagi bunga-bunga mawar itu. Kamu akan mengerti sekarang bahwa bungamu adalah satu-satunya di seluruh dunia. Lalu kembalilah dan ucapkan selamat tinggal padaku, dan aku akan memberimu hadiah sebuah rahasia.”
“Pergi dan lihatlah lagi bunga-bunga mawar itu. Kamu akan mengerti sekarang bahwa bungamu adalah satu-satunya di seluruh dunia. Lalu kembalilah dan ucapkan selamat tinggal padaku, dan aku akan memberimu hadiah sebuah rahasia.”
Pangeran Kecil pergi untuk melihat lagi bunga-bunga mawarnya.
“Kamu sama sekali tidak seperti bunga mawar milikku,” katanya pada
bunga-bunga mawar. “Jadi kamu tidak ada artinya. Tidak ada yang
menjinakkan kamu, dan kamu tidak menjinakkan siapa-siapa. Kamu seperti
rubahku ketika pertama kali aku mengenalnya. Dia hanya seekor rubah
seperti seratus ribu rubah lainnya. Tapi aku telah menjadikannya
temanku, dan kini ia menjadi satu-satunya di seluruh dunia.”
Dan mawar-mawar itu sangat pemalu.
“Kamu cantik, tapi hampa,” lanjutnya, “Tidak ada yang bersedia mati
demi kamu. Tentu, orang yang lewat akan mengira bahwa bunga mawarku
tampak persis seperti kamu mawar yang kumiliki. Tapi hanya dialah yang
lebih penting dari ratusan ribu mawar lainnya: sebab dialah yang
kulindungi di balik tabir, karena demi dialah aku membunuh ulat (kecuali
dua atau tiga diantara mereka yang kami selamatkan agar menjadi
kupu-kupu). Karena dialah aku mau mendengarkan, ketika dia mengomel atau
membual, atau bahkan kadang-kadang ketika dia tidak bilang apa-apa.
Karena dia adalah mawarku.”
Dan dia kembali untuk menemui rubah.
“Selamat tinggal,” katanya.
“Selamat jalan,” kata rubah, “Dan sekarang inilah rahasiaku, rahasia
yang sangat sederhana: hanya dengan inilah orang bisa melihat dengan
benar: Hal apa yang terpenting itu tidak bisa dilihat dengan mata.”
“Apakah yang terpenting yang tidak dapat dilihat dengan mata?” ulang Pangeran Kecil supaya dia yakin akan bisa mengingatnya.
“Waktu yang telah kamu habiskan untuk mawarmu itulah yang membuat mawarmu begitu penting.”
“Waktu yang aku habiskan untuk mawarku..” kata Pangeran Kecil supaya dia yakin akan bisa mengingatnya.
“Manusia telah melupakan kebenaran ini., ” kata rubah. “Tapi kamu
tidak boleh melupakannya. Kamu bertanggungjawab selamanya terhadap apa
yang telah kamu jinakkan. Kamu bertanggungjawab kepada mawarmu..”
* * *
Sepertinya ada hal-hal menarik yang bisa kita petik dari kisah
tersebut. Bahkan bisa kita kembangkan lebih jauh dan lebih luas dalam
konteks relasi suami dan isteri.
Sesungguhnya persahabatan menjadikan seseorang atau sesuatu menjadi
istimewa di antara yang lain. Sang rubah menjadi satu-satunya dari
ratusan ribu rubah lainnya. Dan sang mawar juga demikian bagi Pangeran
Kecil. Anda dapat menjadi yang istimewa dan satu-satunya bagi pasangan
anda. Dan sebaliknya, jadikan ia merasa istimewa dan satu-satunya bagi
anda.
Untuk menjalin persahabatan, seseorang rela berkorban melakukan apa
saja. Persahabatan membutuhkan kesabaran. Anda butuh kesabaran untuk
membangun persahabatan dengan pasangan anda.
Waktu yang kita habiskan bersama sahabat adalah sesuatu yang sangat
berharga yang tidak bisa dilihat dengan mata. Waktu yang Anda lewatkan
bersama pasangan, adalah waktu yang sangat berharga.
Persahabatan akan membawa kesedihan ketika terjadi perpisahan, dan
itu wajar. Namun karena spesial, seorang sahabat takkan pernah dilupakan
dan senantiasa menyenangkan mengingatnya, dan mengingat segala sesuatu
yang mengingatkan pada sahabat, seperti warna ladang gandum. Bahkan
menjadikan hal-hal lain yang berhubungan dengannya menjadi bermakna.
Begitulah, Anda dapat pula menjalin persahabatan yang istimewa dengan
pasangan Anda. Maka menjadi menyenangkan untuk mengingat segala hal
yang berkaitan dengan pasangan Anda. Semoga pasangan Anda pun demikian
ketika menganggap Anda sebagai sahabatnya.
Oleh: Ida Nur Laila http://www.fimadani.com