"Azzam diminta untuk memberikan pengajian tafsir
jalalain. Dengan agak berat Azzam maju ke mimbar setelah membaca
hamdallah,Azzam berkata, 'Para santri Pesantren Wangen yang saya
cintai jujur saya tidak siap untuk membacakan tafsir jalalain. Saya
tidak punya persiapan apa - apa. Saya tidak mau ngawur dalam memahami
tafsir ayat - ayat suci Al - Quran. Sebagai gantinya saya akan sedikit
bercerita saja.semoga ada gunanya.
Saya awali dari sebuah kisah yang
sangat menggugah saya. Suatu siang, saat saya masih kuliah di
universitas Al Azhar, Kairo, sekitar tahun 1999 saya membeli majalah Al
Wa'yu Al Islami yang diterbitkan oleh Kementerian Wakaf Kuwait. Sampai
di flat, karena lelah yang saya baca dulu adalah suplemen majalah itu.
Yaitu majalah tipis untuk anak - anak, namanya Bara'imul Iman.dalam
keadaan lelah saya memang biasa membaca bacaan yang ringan dan
menghibur.pokoknya harus tetap membaca. Termasuk majalah anak - anak.
Bahkan, saat itu saya juga sering membaca komik Donal Bebek versi bahasa
arabnya. Selain ringan, lucu, menghibur, seringkali saya juga menemukan
kosa kata baru dan lucu dalam bahasa Arab. Jadi dalam lelahpun masih tetap bisa mendapatkan manfaat berlipat.
Di
majalah Bara'imul iman yang saya pegang itu saya menemukan sebuah kisah
yang sangat bergizi dan memotivasi. Sebuah kisah fabel yang sangat
menggugah dan inspiratif judulnya Kisah Seekor Anak Singa Alkisah, di sebuah hutan belantara ada seekor induk singa
yang mati setelah melahirkan anaknya. Bayi singa yang lemah itu hidup
tanpa perlindungan induknya. Beberapa waktu kemudian serombongan kambing
datang melintasi tempat itu. Bayi singa itu menggerak - gerakkan
tubuhnya yang lemah. Seekor induk kambing tergerak hatimya. Ia merasa
iba melihat anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara. Dan terbitlah
nalurinya untuk merawat dan melindungi bayi singa itu.
Sang
induk kambing lalu menghampiri bayi singa itu dan membelai dengan penuh
kehangatan dan kasih sayang. Merasakan hangatnya kasih sayang seperti
itu, si bayi singa tidak mau berpisah dengan sang induk kambing. Ia
terus mengikuti ke mana saja induk kambing pergi. Jadilah ia bagian dari
keluarga besar rombongan kambing itu.
Hari berganti hari dan anak singa tumbuh dan besar dalam asuhan induk kambing dan hidup dalam komunitas kambing. Ia menyusu, makan, minum, bermain bersama anak - anak kambing lainnya. Tingkah lakunya juga persis layaknya kambing. Bahkan anak singa yang mulai beranjak besar itupun mengeluarkan suara layaknya kambing. Ia mengembik bukan mengaum !
Ia
merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambing - kambing
lainnya. Ia sama sekali tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah seekor
singa.
Suatu hari, terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor serigala buas masuk memburu kambing untuk dimangsa. Kambing - kambing berlarian panik. Semua ketakutan. Induk kambing yang juga ketakutan meminta anak singa itu untuk menghadapi serigala.
"kamu singa, cepat hadapi srigala itu ! Cukup keluarkan aumanmu yang keras dan serigala itu pasti lari ketakutan ! Kata induk kambing pada anak singa yang sudah tampak besar dan kekar.
Tapi
anak singa yang sejak kecil hidup di tengah – tengah komunitas kambing
itu justru ikut ketakutan dan malah berlindung di balik tubuh induk
kambing. Ia berteriak sekeras – kerasnya dan yang keluar dari mulutnya
adalah suara embikan. Sama seperti kambing yang lain bukan auman. Anak
singa itu tidak bisa berbuat apa – apa ketika salah satu anak kambing
yang tak lain adalah saudara sesusuannya diterkam dan di bawa lari
serigala.
Induk kambing
sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan serigala. Ia menatap anak
singan dengan perasaan nanar dan marah,“Seharusnya kamu
bisa membela kami ! Seharusnya kamu bisa menyelamatkan saudaramu !
Seharusnya kau bisa mengusir serigala yang jahat itu !”
Anak singa itu hanya bisa menunduk. Ia tidak paham dengan maksud perkataan induk kambing. Ia sendiri merasa takut pada serigala sebagaimana kambing – kambing yang alain. Anak singa itu merasa sangat sedih karena ia tidak bisa berbuat apa – apa.
Hari berikutnya serigala yang ganas itu datang lagi. Kembali
untuk memburu kambing – kambing untuk disantap. Kali ini induk kambing
tertangkap dan telah dicengkram oleh serigala. Semua kambing tidak ada
yang berani menolong. Anak singa itu tidak kuasa melihat induk kambing
yang telah ia anggap sebagai ibunya dicengkram serigala.Dengan nekad ia
lari dan menyeruduk serigala itu. Serigala kaget bukan kepalang melihat
ada seekor singa dihadapannya. Ia melepaskan cengkramannya.
Serigala itu gemetar ketakutan ! Nyalinya habis ! Ia pasrah, ia merasa hari itu adalah akhir hidupnya !
Dengan kemarahan yang luar biasa anak singa berteriak keras “Embiiiik !”
Lalu ia mundur kebelakang. Mengambil ancang – ancang untuk
menteruduk lagi. Melihat tingkah anak singa itu, serigala yang ganas dan
licik itu langsung tahu bahwa yang dihadapannya adalah singa yang
bermental kambing , tak ada bedanya dengan kambing.
Seketeika itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram marah dan siap memangsa kambing bertubuh singa itu ! Atau singa bermental kambing itu !
Saat anak singa itu menerjang dengan menyerudukkan kepalanya
layaknya kambing. Sang serigala telah siap dengan kuda – kudanya yang
kuat. Dengan sedikit berkelit,serigala itu merobek wajah anak singa itu
dengan cakarnya. Anak singa itu terjerembab dan mengadu. Sementara induk
kambing menyaksikan peristiwa itu dengan rasa cemas yang luar biasa.
Induk kambing itu heran, kenapa singa yang kekar itu kalah dengan
serigala, bukankah singa adalah raja hutan ?
Tanpa memberi ampun sedikitpun serigala itu menyerang anak
singa yang masih mengaduh itu. Serigala itu siap menghabisi nyawa anak
singa itu. Di saat yang kritis itu, induk kambing yang tidak tega,
dengan sekuat tenaga menerjang serigala. Sang serigala terpelanting.
Anak singa bangun.
Dan pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan auman yang dasyat !
Semua kambing ketakutan dan merapat ! Anak singa itu juga ikut takut dan ikut merapat. Sementara sang serigala lari terbirit – birit. Saat singa dewasa hendak menerkam kawanan kambing itu, ia terkejut di tengah – tengah kawanan kambing itu ada seekor anak singa.
Beberapa ekor kambing lari, yang lain langsung lari. Anak singa itu ikut lari. Singa itu masih tertegun. Ia heran kenapa anak singa itu ikut lari mengikuti kambing ? ia mengejar anak singa itu dan berkata,“Hai kamu jangan lari ! kamu anak singa, bukan kambing ! Aku tak akan memangsa anak singa !”
“Jangan bunuh aku, ammpuun!”
“Kau anak singa, bukan anak kambing. Aku tidak membunuh anak singa !”
Denngan meronta – ronta anak singa itu berkata “Tidak aku anak kambing ! Tolong lepaskan aku !”
Anak singa itu meronta dan berteriak keras. Suaranya bukan auman tapi suara embikan, persis seperti suara kambing.
Sang singa dewasa heran bukan main. Bagaimana mungkin ada anak singa bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan geram ia menyeret anak singa itu ke danau. Ia harus menunjukkan siapa sebenarnya anak singa itu. Begitu sampai di danau yang jernih airnya, ia meminta anak singa itu melihat bayangan dirinya sendiri lalu membandingkan dengan singa dewasa.
Begitu melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut “Oh, rupa dan
bentukku sama dengan kamu, sama dengan singa si Raja Hutan !”
“Ya, karena kamu sebenarnya anak singan bukan anak kambing !” Tegas singa dewasa
“jadi aku bukan kambing ? aku adalah seekor anak singa !”
“Ya kamu adalah seekor singa, raja hutan yang berwibawa dan ditakuti oleh seluruh isi hutan ! Ayo aku ajari bagaimana menjadi seekor raja hutan !” Kaa sang singan dewasa
Singa dewasa lalu
mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan mengaum dengan keras. Anak
singa itu lalu menirukan dan mengaum dengan keras. Ya mengaum,
menggetarkan seantero hutan. Tak jauh dari situ, serigala ganas itu lari
makin kencang, ia ketakutan mendengar auman anak singa itu.
Anak singa itu berteriak penuh kemenangan,
“Aku adalah seekor singa ! Raja hutan yang gagah perkasa !”
Singa dewasa tersenyum bahagia mendengarnya.
“Aku adalah seekor singa ! Raja hutan yang gagah perkasa !”
Singa dewasa tersenyum bahagia mendengarnya.
Saya tersentak oleh kisah anak singa di atas ! Jangan –
jangan kondisi kita dan sebagian besar orang disekeliling kita mirip
dengan anak singa di atas. Sekian lama hidup tanpa mengetahui jati diri
dan potensi terbaik yang dimilikinya. Betapa banyak manusia yang
menjalani hidup apa adanya, biasa – biasa saja, ala kadarnya. Hidup
dalam keadaan terbelenggu oleh siapa dirinya sebenarnya. Hidup dalam
keadaan terbelenggu oleh siapa dirinya sebenarnya. Hidup dalam
tawanan rasa malas, langkah yang penuh keraguan dan kegamangan. Hidup
tanpa semangat hidup yang seharusnya. Hidup tanpa kekuatan nyawa terbaik
yang dimilikinya.
Dimana – mana kita lebih banyak menemukan orang - orang bermental lemah, hidup apa adanya dan tidak terarah. Orang – orang yang tidak tahu potensi terbaik yang diberikan oleh Allah kepadanya. Orang – orang yang rela ditindas dan dijajah oleh kesengsaraan dan kehinaan. Padahal sebenarnya jika mau, pasti bisa hidup merdeka, jaya berwibawa dan sejahtera.
Tak terhitung
berapa jumlah masyarakat negeri ini yang bermental kambing.Meskipun
sebenarnya mereka adalah singa ! Banyak yang minder dengan bangsa lain
seperti mindernya anak singa bermental kambing pada serigla dalam kisah
di atas. Padahal sebenarnya, Bangsa ini adalah bangsa besar ! Ummat ini
adalah ummat yang besar ! Bansa ini sebenarnya adalah sriwijaya yang
perkasa menguasai nusantara, juga sebenarnya adalah Majapahit yang
digjaya dan adikuasa. Lebih dari itu, bangsa ini sebenarnya dan tidak
mungkin disangkal adalah ummat Islam terbesar didunia. Ada dua ratus
juta ummat Islam di negeri tercinta Indonesia ini. Banyak yang tidak
menyadari apa makna dari dua ratus juta jumlah Ummat islam Indonesia.
Banyak yang tidak sadar. Dianggap biasa saja. Sama sekali tidak
menyadari jati diri sesungguhnya. Dua ratus juta ummat islam di
Indonesia maknanya adalah dua ratus juta sing. Penguasa belantara dunia !
Itu lah yang sebenarnya. Sayangnya, dua ratus juta yang sebenarnya
adalah justru singa bermental kambing dan berperilaku layaknya kambing.
Bukan layaknya singa ! Lebih memprihatinkan lagi, ada yang sudah
menyadari dirinya sesungguhnya singa tapi memilih untuk tetap menjadi
kambing. Karena telah terbiasa menjadi kambing maka ia malu menjadi
singa ! Malu untuk maju dan berprestasi.
Yang lebih memprihatinkan lagi, mereka yang memilih tetap
menjadi kambing itu menginginkan yang lain tetap menjadi kambing. Mereka
tetap ingin jadi kambing sebab merasa tidak mampu jadi singa dan merasa
nyaman jadi kambing. Yang menyedihkan, mereka tidak ingin orang lain
jadi singa. Bahkan mereka ingin orang lain jadi kambing yang lebih bodoh
!
Marilah kita hayati
diri kita sebagai seekor singa. Allah telah memberi predikat kepada kita
sebagai ummat terbaik di muka bumi ini. Marilah kita bermental menjadi
ummat terbaik. Jangan bermental ummat yang terbelakang. Allah berfirman
dalam surah Ali ‘imran ayat 110 “Kalian adalah sebaik – baik ummat yang
dilahirkan untuk manusia karena kalian menyuruh berbuat yang makhruf,
mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah !” Wasalamu
‘alaikumu warahmatullahi wabarakatuh !
Pidato yang disampaikan azzam membuat dada para santri membara oleh semangat…..
Sumber: http://kesejukan.blogspot.com