Antara kata dan perbuatan

Tidak disangsikan lagi bahwa adanya perbedaan antara kata dan realita adalah salah satu hal yang sangat berbahaya. Itulah sebab datangnya murka Allah sebagaimana firman-Nya surat Shaff ayat 2 dan 3.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ . كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 2-3)

Allah juga mencela perilaku Bani Israil dengan firman-Nya,

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah: 44)

Demikian pula terdapat dalam hadits. Dari Usamah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan didatangkan seorang pada hari kiamat lalu dicampakkan ke dalam neraka. Di dalam neraka orang tersebut berputar-putar sebagaimana keledai berputar mengelilingi mesin penumbuk gandum. Banyak penduduk neraka yang mengelilingi orang tersebut lalu berkata, ‘Wahai Fulan, bukankah engkau dahulu sering memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran?’ Orang tersebut menjawab, ‘Sungguh dulu aku sering memerintahkan kebaikan namun aku tidak melaksanakannya. Sebaliknya aku juga melarang kemungkaran tapi aku menerjangnya.’” (HR Bukhari dan Muslim)

Berkaitan dengan para penceramah, dai dan mubaligh bahkan terdapat hadits khusus. Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Saat malam Isra’ Mi’raj aku melintasi sekelompok orang yang bibirnya digunting dengan gunting dari api neraka.” “siapakah mereka”, tanyaku kepada Jibril. Jibril mengatakan, “mereka adalah orang-orang yang dulunya menjadi penceramah ketika di dunia. Mereka sering memerintahkan orang lain melakukan kebaikan tapi mereka lupakan diri mereka sendiri padahal mereka membaca firman-firman Allah, tidakkah mereka berpikir?” (HR. Ahmad, Abu Nu’aim dan Abu Ya’la. Menurut al-Haitsami salah satu sanad dalam riwayat Abu Ya’la para perawinya adalah para perawi yang digunakan dalam kitab shahih)

Dalil-dalil di atas menunjukkan pengingkaran keras terhadap orang yang punya ilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya. Inilah salah satu sifat orang-orang Yahudi yang dicap sebagai orang-orang yang mendapatkan murka Allah disebabkan mereka berilmu namun tidak beramal.

Oleh karena itu, Ibnu Qudamah mengatakan, “Ketika berkhutbah seorang khatib dianjurkan untuk turut meresapi apa yang dia nasihatkan kepada banyak orang.” (Al-Mughni, 3/180)

Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Duhai orang-orang yang memiliki ilmu amalkanlah ilmu kalian. Orang yang berilmu secara hakiki hanyalah orang yang mengamalkan ilmu yang dia miliki sehingga amalnya selaras dengan ilmunya. Suatu saat nanti akan muncul banyak orang yang memiliki ilmu namun ilmu tersebut tidaklah melebihi kerongkongannya sampai-sampai ada seorang yang marah terhadap muridnya karena ngaji kepada guru yang lain.” (Al-Adab Asy-Syar’iyyah, 2/53)

Abu Darda radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “tanda kebodohan itu ada tiga; pertama mengagumi diri sendiri, kedua banyak bicara dalam hal yang tidak manfaat, ketiga melarang sesuatu namun melanggarnya. (Jami’ Bayan Al-Ilmi wa Fadhlih, 1/143)

Jundub bin Abdillah Al-Bajali mengatakan, “gambaran yang tepat untuk orang yang menasihati orang lain namun melupakan dirinya sendiri adalah laksana lilin yang membakar dirinya sendiri untuk menerangi sekelilingnya.” (Jami’ Bayan Ilmi wa Fadhlih, 1/195)

Bahkan sebagian ulama memvonis gila orang yang pandai berkata namun tidak mempraktekkannya karena Allah berfirman, “Tidakkah mereka berakal?” (QS. Al-Baqarah: 44)

Sungguh tepat syair yang disampaikan oleh manshur al-Fakih, “Sungguh ada orang yang menyuruh kami untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka lakukan, sungguh orang-orang gila. Dan sungguh mereka tidaklah berterus terang.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)

Berikut ini, beberapa perkataan salafus shalih berkaitan dengan masalah ini sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayan Ilmi wa Fadhlih :
  1. Siapa saja yang Allah halangi untuk mendapatkan ilmu maka Allah akan menyiksanya karena kebodohannya. Orang yang lebih keras siksaannya adalah orang yang ilmu itu datang kepadanya tapi dia berpaling meninggalkan ilmu. Demikian pula orang yang Allah berikan kepadanya ilmu tapi tidak diamalkan.
  2. Ubay bin Ka’ab mengatakan, “Pelajarilah ilmu agama dan amalkanlah dan janganlah kalian belajar untuk mencari decak kagum orang. Jika kalian berumur panjang segera akan muncul satu masa di masa tersebut orang mencari decak kagum orang lain dengan ilmu yang dia miliki sebagaimana mencari decak kagum dengan pakaian yang dikenakan.
  3. Abdullah ibn Mas’ud mengatakan, “semua orang itu pintar ngomong. Oleh karenanya siapa yang perbuatannya sejalan dengan ucapannya itulah orang yang dikagumi. Akan tetapi bila lain ucapan lain perbuatan itulah orang yang mencela dirinya sendiri.
  4. Al-Hasan Bashri mengatakan, “Nilailah orang dengan amal perbuatannya jangan dengan ucapannya. Sesungguhnya semua ucapan itu pasti ada buktinya. Berupa amal yang membenarkan ucapan tersebut atau mendustakannya. Jika engkau mendengar ucapan yang bagus maka jangan tergesa-gesa menilai orang yang mengucapkannya sebagai orang yang bagus. Jika ternyata ucapannya itu sejalan dengan perbuatannya itulah sebaik-baik manusia.”
  5. Imam Malik menyebutkan bahwa beliau mendapatkan berita al-Qasim bin Muhammad yang mengatakan, “Aku menjumpai sejumlah orang tidak mudah terkesima dengan ucapan namun benar-benar salut dengan amal perbuatan.”
  6. Abu Darda mengatakan, “Sebuah kecelakaan bagi orang yang tidak tahu sehingga tidak beramal. Sebaliknya ada 70 kecelakaan untuk orang yang tahu namun tidak beramal.”
Tidak diragukan lagi bahwa permisalan orang yang beramar makruf nahi mungkar adalah seperti dokter yang mengobati orang lain. Satu hal yang memalukan ketika seorang dokter bisa menyebutkan obat yang tepat untuk pasiennya demikian pula tindakan preventif untuk mencegah penyakit pasiennya kemudian ternyata dia sendiri tidak menjalankannya. Berdasarkan keterangan yang lewat, jelas sudah betapa bahaya hal ini, karenanya menjadi kewajiban setiap da’i dan muballigh untuk memperhatikannya. Karena jika obyek dakwah mengetahui hal ini maka mereka akan mengejek sang pendakwah. Belum lagi hukuman di akhirat nanti dan betapa besar dosa yang akan dipikul nanti.

Sebagian orang tidak mau melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar karena merasa belum melakukan yang makruf dan masih melanggar yang mungkar. Orang tersebut khawatir termasuk orang yang mengatakan apa yang tidak dia lakukan.

Sa’id bin Jubair mengatakan, “Jika tidak boleh melakukan amar makruf dan nahi mungkar kecuali orang yang sempurna niscaya tidak ada satupun orang yang boleh melakukannya.” Ucapan Sa’id bin Jubair ini dinilai oleh Imam Malik sebagai ucapan yang sangat tepat. (Tafsir Qurthubi, 1/410)

Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata kepada Mutharrif bin Abdillah, “Wahai Mutharrif nasihatilah teman-temanmu.” Mutharrif mengatakan, “Aku khawatir mengatakan yang tidak ku lakukan.” Mendengar hal tersebut, Hasan Al-Bashri mengatakan, “Semoga Allah merahmatimu, siapakah di antara kita yang mengerjakan apa yang dia katakan, sungguh setan berharap bisa menjebak kalian dengan hal ini sehingga tidak ada seorang pun yang berani amar makruf nahi mungkar.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)

Al-Hasan Al-Bashri juga pernah mengatakan, “Wahai sekalian manusia sungguh aku akan memberikan nasihat kepada kalian padahal aku bukanlah orang yang paling shalih dan yang paling baik di antara kalian. Sungguh aku memiliki banyak maksiat dan tidak mampu mengontrol dan mengekang diriku supaya selalu taat kepada Allah. Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kepada saudaranya kecuali setelah mampu mengontrol dirinya niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang-orang yang mau mengingatkan.” (Tafsir Qurthubi, 1/410)

Untuk mengompromikan dua hal ini, Imam Baihaqi mengatakan, “Sesungguhnya yang tidak tercela itu berlaku untuk orang yang ketaatannya lebih dominan sedangkan kemaksiatannya jarang-jarang. Di samping itu, maksiat tersebut pun sudah ditutup dengan taubat. Sedangkan orang yang dicela adalah orang yang maksiatnya lebih dominan dan ketaatannya jarang-jarang.” (Al-Jami’ Li Syuabil Iman, 13/256)

Sedangkan Imam Nawawi mengatakan, “Para ulama menjelaskan orang yang melakukan amar makruf dan nahi mungkar tidaklah disyaratkan haruslah orang yang sempurna, melaksanakan semua yang dia perintahkan dan menjauhi semua yang dia larang. Bahkan kewajiban amar makruf itu tetap ada meski orang tersebut tidak melaksanakan apa yang dia perintahkan. Demikian pula kewajiban nahi mungkar itu tetap ada meski orangnya masih mengerjakan apa yang dia larang. Hal ini dikarenakan orang tersebut memiliki dua kewajiban, pertama memerintah dan melarang diri sendiri, kedua memerintah dan melarang orang lain. Jika salah satu sudah ditinggalkan bagaimanakah mungkin hal itu menjadi alasan untuk meninggalkan yang kedua.” (Al-Minhaj, 1/300)

Ibnu Hajar menukil perkataan sebagian ulama, “Amar makruf itu wajib bagi orang yang mampu melakukannya dan tidak khawatir adanya bahaya menimpa dirinya meskipun orang yang melakukan amar makruf tersebut dalam kondisi bermaksiat. Secara umum orang tersebut tetap mendapatkan pahala karena melaksanakan amar makruf terlebih jika kata-kata orang tersebut sangat ditaati. Sedangkan dosa yang dia miliki maka boleh jadi Allah ampuni dan boleh jadi Allah menyiksa karenanya. Adapun orang yang beranggapan tidak boleh beramar makruf kecuali orang yang tidak memiliki cacat maka jika yang dia maksudkan bahwa itulah yang ideal maka satu hal yang baik. Jika tidak maka anggapan tersebut berkonsekuensi menutup pintu amar makruf jika tidak ada orang yang memenuhi kriteria.” (Fathul Baari, 14/554)

***
Penulis: Ustadz Aris Munandar
 

Mitos maung masyarakat sunda

Postingan kali ini tentang "Prabu Siliwangi dan Mitos Maung Masyarakat Sunda" entah berantah tapi semua berdasarkan referensi dari beberapa sumber , kalau memang terdapat versi yang lainnya atau menurut kalian ini tidak benar maka kita anggap inilah warna yang indah tatkala kita sudah berbicara tentang kebudayaan indonesia . 

Dunia antropologi mengenal teori sistem simbol yang di introdusir oleh Clifford Geertz . seorang antropologi amerika. Dalam bukunya yang berjudul Tafsir Kebudayaan ( 1992 ). Geertz menguraikan makna dibalik sistem symbol yang ada pada suatau kebudayaan . Antropolog yang terkenal ditanah air melalui hasil karyanya " Religion Of Java " itu menyatakan bahwa sistem simbol merefleksikan kebudayaan tertentu . Jadi, bila ingin menginterpretasi sebuah kebudayaan maka dapat dilakukan dengan menafsirkan sistem symbolnya. 

Sistem simbol sendiri merupakan salah satu dari tiga unsur pembentuk kebudayaan. Kedua unsur lainnya adalah sistem nilai dan sistem pengetahuan. Menurut Geertz, relasi dari ketiga sistem tersebut adalah sistem makna (System of Meaning) yang berfungsi menginterpretasikan simbol dan, pada akhirnya, dapat menangkap sistem nilai dan pengetahuan dalam suatu kebudayaan.
Simbol maung dalam masyarakat Sunda terkait erat dengan legenda menghilangnya (nga-hyang) Prabu Siliwangi dan Kerajaan Pajajaran yang dipimpinnya pasca penyerbuan pasukan Islam Banten dan Cirebon yang juga dipimpin oleh keturunan Prabu Siliwangi. Konon, untuk menghindari pertumpahan darah dengan anak cucunya yang telah memeluk Islam, Prabu Siliwangi beserta para pengikutnya yang masih setia memilih untuk tapadrawa di hutan sebelum akhirnya nga-hyang. Berdasarkan kepercayaan yang hidup di sebagian masyarakat Sunda, sebelum Prabu Siliwangi nga-hyang bersama para pengikutnya, beliau meninggalkan pesan atau wangsit yang dikemudian hari dikenal sebagai “wangsit siliwangi”.
 
Salah satu bunyi wangsit yang populer di kalangan masyarakat Sunda adalah: “Lamun aing geus euweuh marengan sira, tuh deuleu tingkah polah maung
 
[1]. Ada hal menarik berkaitan dengan kata-kata dalam wangsit tersebut: kata-kata itu termasuk kategori bahasa sunda yang kasar bila merujuk pada strata bahasa yang digunakan oleh masyarakat Sunda Priangan (Undak Usuk Basa). Mengapa seorang raja berucap dalam bahasa yang tergolong “kasar”? Bukti sejarah menunjukkan bahwa kemunculan undak usuk basa dalam masyarakat Sunda terjadi karena adanya hegemoni budaya dan politik Mataram yang memang kental nuansa feodal, dan itu baru terjadi pada abad 17—beberapa sekian abad pasca Prabu Siliwangi tiada atau nga-hyang. Namun tinjauan historis tersebut bukanlah bertujuan melegitimasi wangsit itu sebagai kenyataan sejarah. Bagaimanapun, masih banyak kalangan yang mempertanyakan validitas dari wangsit itu sebagai fakta sejarah, termasuk penulis sendiri.
 
Wangsit, yang bagi sebagian masyarakat Sunda itu sarat dengan filosofi kehidupan, menjadi semacam keyakinan bahwa Prabu Siliwangi telah bermetamorfosa menjadi maung (harimau) setelah tapadrawa (bertapa hingga akhir hidup) di hutan belantara. Yang menjadi pertanyaan besar: apakah memang pernyataan atau wangsit Siliwangi itu bermakna sebenarnya ataukah hanya kiasan? Realitasnya, hingga kini masih banyak masyarakat Sunda (bahkan juga yang non-Sunda) meyakini metamorfosa Prabu Siliwangi menjadi harimau. Selain itu, wangsit tersebut juga menjadi pedoman hidup bagi sebagian orang Sunda yang menganggap sifat-sifat maung seperti pemberani dan tegas, namun sangat menyayangi keluarga sebagai lelaku yang harus dijalani dalam kehidupan nyata.
 
Dari sini kita melihat terungkapnya sistem nilai dari simbol maung dalam masyarakat Sunda. Ternyata maung yang memiliki sifat-sifat seperti yang telah disebutkan sebelumnya menyimpan suatu tata nilai yang terdapat pada kebudayaan masyarakat Sunda, khususnya yang berkaitan dengan aspek perilaku (behaviour).
 
Kisah lain yang berkaitan dengan menjelmanya Prabu Siliwangi menjadi harimau adalah legenda hutan Sancang atau leuweung Sancang di Kabupaten Garut. Konon di hutan inilah Prabu Siliwangi beserta para loyalisnya menjelma menjadi harimau atau maung. Proses penjelmaannya pun terdapat dalam beragam versi. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, ada yang mengatakan bahwa Prabu Siliwangi menjelma menjadi maung setelah menjalani tapadrawa. Tetapi ada pula sebagian masyarakat Sunda yang berkeyakinan bila Prabu Siliwangi dan para pengikutnya menjadi harimau karena keteguhan pendirian mereka untuk tidak memeluk agama Islam. Menurut kisah tersebut, Prabu Siliwangi menolak bujukan putranya yang telah menjadi Muslim, Kian Santang, untuk turut memeluk agama Islam. Keteguhan sikap itu yang mendorong penjelmaan Prabu Siliwangi dan para pengikutnya menjadi maung. Akhirnya, Prabu Siliwangi pun berubah menjadi harimau putih, sedangkan para pengikutnya menjelma menjadi harimau loreng.
 
Hingga kini kisah harimau putih sebagai penjelmaan Siliwangi itu masih dipercayai kebenarannya oleh masyarakat di sekitar hutan Sancang. Bahkan, kisah ini menjadi semacam kearifan lokal (local wisdom). Menurut masyarakat di sekitar hutan, bila ada pengunjung hutan  yang berperilaku buruk dan merusak kondisi ekologis hutan, maka ia akan “berhadapan” dengan harimau putih yang tak lain adalah Prabu Siliwangi. Tidak masuk akal memang, namun di sisi lain, hal demikian dapat dipandang sebagai sistem pengetahuan masyarakat yang berhubungan dengan ekologi. Masyarakat leuweung Sancang telah menyadari arti pentingnya keseimbangan ekosistem kehutanan, sehingga diperlukan instrumen pengendali perilaku manusia yang seringkali berhasrat merusak alam. Dan mitos harimau putih jelmaan Siliwangi lah yang menjadi instrumen kontrol sosial tersebut.
 
Namun, serangkaian kisah yang mendeskripsikan korelasi antara Prabu Siliwangi dengan mitos maung itu tetap saja menyisakan pertanyaan besar, apakah itu semua merupakan fakta sejarah? Siapa Prabu Siliwangi sebenarnya dan darimanakah mitos maung itu muncul pertama kali?
 
Kekeliruan Tafsir
Bila kita telusuri secara mendalam, niscaya tidak akan ditemukan bukti sejarah yang menghubungkan Prabu Siliwangi atau Kerajaan Pajajaran dengan simbol harimau. Adapun yang mengatakan bahwa harimau pernah menjadi simbol Pajajaran adalah salah satu tokoh Sunda sekaligus orang dekat Otto Iskandardinata (Pahlawan Nasional), Dadang Ibnu. Tetapi, lagi-lagi, tidak ada bukti sejarah Sunda yang dapat memperkuat hipotesa ini, baik itu Carita Parahyangan, Siksakanda Karesian, ataupun Wangsakerta. Bahkan mengenai lambang Kerajaan Pajajaran pun masih debatable, dikarenakan ada beragam versi lain yang mengemuka menyangkut lambang Pajajaran.

[2] Problem lain yang muncul berkaitan dengan kebenaran sejarah “maung Siliwangi” tersebut ialah rentang waktu yang cukup jauh antara masa ketika Prabu Siliwangi hidup dan memerintah dengan runtuhnya Kerajaan Pajajaran yang dalam mitos maung berakhir dengan penjelmaan Siliwangi dan para pengikut Pajajaran menjadi harimau di hutan Sancang. Penting untuk diketahui bahwa secara etimologis, Siliwangi, yang terdiri dari dua suku kata yaitu Silih (pengganti) dan Wangi, bermakna sebagai pengganti Prabu Wangi. Menurut para pujangga Sunda di masa lampau, Prabu Wangi merupakan julukan bagi Prabu Niskala Wastukancana yang berkuasa di Kerajaan Sunda-Galuh (ketika itu belum bernama Pajajaran) pada tahun 1371-1475. Lalu, nama Siliwangi yang berarti pengganti Prabu Wangi merupakan julukan bagi Prabu Jayadewata, cucu Prabu Wastukancana. Prabu Jayadewata yang berkuasa pada periode 1482-1521 dianggap mewarisi kebesaran Wastukancana oleh karena berhasil mempersatukan kembali Sunda-Galuh dalam satu naungan kerajaan Pajajaran.

[3] Sebelum Prabu Jayadewata berkuasa, Kerajaan Sunda-Galuh sempat terpecah. Putra Wastukancana (sekaligus ayah Prabu Jayadewata), Prabu Dewa Niskala, hanya menjadi penguasa kerajaan Galuh.
Dipersatukannya kembali Sunda dan Galuh oleh Jayadewata, membuat beliau dipandang mewarisi kebesaran kakeknya, Prabu Wastukancana alias Prabu Wangi. Maka, para sastrawan atau pujangga Sunda ketika itu memberikan gelar Siliwangi bagi Prabu Jayadewata. Siliwangi memiliki arti pengganti atau pewaris Prabu Wangi. Jadi, raja Sunda Pajajaran yang dimaksud dalam sejarah sebagai Prabu Siliwangi adalah Prabu Jayadewata yang berkuasa dari tahun 1482-1521.
Lalu kapan sebenarnya Kerajaan Pajajaran runtuh? Apakah pada masa Prabu Jayadewata atau Siliwangi? Ternyata, sejarah mencatat ada lima raja lagi yang memerintah sepeninggal Prabu Jayadewata.

[4] Berikut ini periodisasi pemerintahan raja-raja Pajajaran pasca wafatnya Jayadewata alias Siliwangi:
1.)   Prabu Surawisesa (1521-1535)
2.)   Prabu Ratu Dewata (1535-1543)
3.)   Ratu Sakti (1543-1551)
4.)   Prabu Nilakendra (1551-1567)
5.)   Prabu Raga Mulya (1567-1579)
 
Pada masa pemerintahan Raga Mulya lah, tepatnya tahun 1579, Kerajaan Pajajaran mengalami kehancuran akibat serangan pasukan Kesultanan Banten yang dipimpin Maulana Yusuf.

[5] Peristiwa tersebut tercatat dalam Pustaka Rajyarajya Bhumi Nusantara parwa III sarga I halaman 219, sebagai berikut :
 
Pajajaran sirna ing bhumi ing ekadaci cuklapaksa Wesakhamasa saharsa punjul siki ikang cakakala.
 
Artinya :
Pajajaran lenyap dari muka bumi tanggal 11 bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 Saka atau tanggal 8 Mei 1579 M.
 
Kemudian bagaimana nasib Prabu Mulya? Sumber yang sama menyatakan bahwa Prabu Raga Mulya beserta para pengikutnya yang setia tewas dalam pertempuran mempertahankan ibukota Pajajaran yang ketika itu telah berpindah ke Pulasari, kawasan Pandeglang sekarang. Fakta sejarah tersebut menunjukkan bahwa keruntuhan kerajaan Pajajaran terjadi pada tahun 1579 atau 58 tahun setelah Prabu Siliwangi wafat. Berarti Prabu Siliwangi tidak pernah mengalami keruntuhan Kerajaan yang telah dipersatukannya. Raja yang mengalami kehancuran Kerajaan Pajajaran adalah Prabu Raga Mulya yang merupakan keturunan kelima Prabu Siliwangi atau janggawareng

[6] Prabu Siliwangi. Sementara Prabu Raga Mulya sendiri gugur dalam perang mempertahankan kedaulatan negerinya dari agresi Banten. Jadi, raja Pajajaran terakhir ini memang nga-hyang, namun bukan menjadi maung sebagaimana diyakini masyarakat Sunda selama ini melainkan gugur di medan tempur. Dari serangkaian bukti sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa mitos penjelmaan Prabu Siliwangi dan sisa-sisa prajurit Pajajaran menjadi harimau hanya sekedar mitos dan bukan fakta sejarah.
 
Bila bukan fakta sejarah, darimana sebenarnya mitos maung yang selalu melekat pada kisah Siliwangi dan Pajajaran itu berasal? Pertanyaan ini dapat menemukan titik terang bila meninjau laporan ekspedisi seorang peneliti Belanda, Scipio, kepada Gubernur Jenderal VOC, Joanes Camphuijs, mengenai jejak sejarah istana Kerajaan Pajajaran di kawasan Pakuan (daerah Batutulis Bogor sekarang). Laporan penelitian yang ditulis pada tanggal 23 Desember 1687 tersebut berbunyi “dat hetselve paleijs en specialijck de verheven zitplaets van den getal tijgers bewaakt ent bewaart wort”, yang artinya: bahwa istana tersebut terutama sekali tempat duduk yang ditinggikan untuk raja “Jawa” Pajajaran sekarang masih berkabut dan dijaga serta dirawat oleh sejumlah besar harimau. Bahkan kabarnya salah satu anggota tim ekspedisi Scipio pun menjadi korban terkaman harimau ketika sedang melakukan tugasnya.
 
Temuan lapangan ekspedisi Scipio itu mengindikasikan bahwa kawasan Pakuan yang ratusan tahun sebelumnya merupakan pusat kerajaan Pajajaran telah berubah menjadi sarang harimau. Hal inilah yang menimbulkan mitos-mitos bernuansa mistis di kalangan penduduk sekitar Pakuan mengenai hubungan antara keberadaan harimau dan hilangnya Kerajaan PajajaranBerbasiskan pada laporan Scipio ini, dapat disimpulkan bila mitos maung lahir karena adanya kekeliruan sebagian masyarakat dalam menafsirkan realitas.
 
Sesungguhnya, keberadaan harimau di pusat Kerajaan Pajajaran bukanlah hal yang aneh, mengingat kawasan tersebut sudah tidak berpenghuni pasca ditinggalkan sebagian besar penduduknya di penghujung masa kekuasaan Prabu Nilakendra—ratusan tahun sebelum tim Scipio melakukan ekspedisi penelitian.

[7]Sepeninggal para penduduk dan petinggi kerajaan, wilayah Pakuan berangsur-angsur menjadi hutan. Bukanlah suatu hal yang aneh bila akhirnya banyak harimau bercokol di kawasan yang telah berubah rupa menjadi leuweung tersebut.

Kesimpulan
Mitos maung yang dilekatkan pada sejarah Prabu Siliwangi dan Kerajaan Pajajaran pun sudah terpatahkan oleh serangkaian bukti dan catatan sejarah yang telah penulis uraikan. Memang sebagai sebuah sistem simbol, maung telah melekat pada kebudayaan masyarakat Sunda. Simbol dan mitos maung juga menyimpan filosofi serta berfungsi sebagai sistem pengetahuan masyarakat berkaitan dengan lingkungan alam. Hal demikian tentu harus kita apresiasi sebagai sebuah kearifan lokal masyarakat Sunda.
 
Namun sebagai sebuah fakta sejarah, identifikasi maung sebagai jelmaan Prabu Siliwangi dan pengikutnya merupakan kekeliruan dalam menafsirkan sejarah. Hal inilah yang perlu diluruskan agar generasi berikutnya, khususnya generasi baru etnis Sunda, tidak memiliki persepsi yang keliru dengan menganggap mitos maung Siliwangi sebagai realitas sejarah.
 
Kekeliruan mitos maung hanya salah satu dari sekian banyak ”pembengkokkan” sejarah di negeri ini yang perlu diluruskan. Hendaknya kita jangan takut menerima realitas sejarah yang mungkin berlawanan dengan keyakinan kita selama ini, karena sebuah bangsa yang tidak takut melihat kebenaran masa lalu dan berani memperbaikinya demi melangkah menuju masa depan akan menjelma menjadi bangsa yang memiliki kepribadian tangguh. Terima kasih.
 
Sampurasun..
HISKI DARMAYANAKader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Sumedang dan Alumni Antropologi FISIP Universitas Padjadjaran.



[1] Kisah mengenai wangsit ini telah menjadi semacam kisah yang sifatnya “tutur tinular” dari generasi ke generasi dalam masyarakat Sunda. Sehingga sulit dilacak dari mana sebenarnya cerita mengenai wangsit ini bermula.

[2] Sebagian kalangan berkeyakinan lambang Pajajaran adalah burung gagak (kini menjadi lambang salah satu perguruan silat di Jawa Barat, Tajimalela). Sementara ada pula yang berpendapat bahwa gajah adalah simbol Pajajaran yang sebenarnya.

[3] Nama Siliwangi sudah muncul di Kropak 630, semacam karya sastra Sunda berjenis pantun pada masa Prabu Jayadewata berkuasa. Seperti halnya nama Prabu Wangi, Siliwangi juga diciptakan oleh para pujangga Sunda sebagai julukan atau gelar bagi Prabu Jayadewata. Selain Siliwangi, Prabu Jayadewata juga mendapat gelar lain, yakni Sri Baduga Maharaja.

[4] Terdapat dalam  naskah Carita Parahyangan. Naskah ini mendokumentasikan kehidupan Kerajaan Sunda-Galuh hingga Pajajaran dari berbagai aspek, seperti politik dan ekonomi.

[5] Maulana Yusuf tiada lain adalah keturunan Prabu Siliwangi dengan Nyi Subanglarang.

[6] Janggawareng merupakan istilah  bagi keturunan kelima dalam sistem kekerabatan Sunda.

[7] Hal ini diceritakan dalam naskah Carita Parahyangan. Migrasi besar-besaran tersebut dilakukan untuk menghindari serangan Pasukan Banten yang sangat gencar. Sementara strategi pertahanan Prabu Nilakendra amat lemah  dan tidak mampu membendung agresi Banten.
 

Menyusun jadwal rutinitas berkualitas

Kita sama-sama tahu, orang sukses adalah orang yang selalu komitmen terhadap apa-apa yang sudah dia tetapkan untuk waktu dan kesempatannya. Orang sukses di sini memiliki arti yang sangat luas. Sehingga kita perlu menyempitkan arti untuk bisa aku maknai dengan sebenarnya.

Orang sukses dalam kacamata pengertianku, adalah orang yang berhasil dan tetap istiqomah pada keistiqomahannya menjalankan apa-apa yang telah disyariatkan kepadanya dan menjauhi apa-apa yang menjadi larangannya. Keistiqomahan itu tidak hanya membawa pribadinya menjadi pribadi yang kaya. Tetapi juga orang sukses dalam pengertianku akan merasakan kedamaian dan ketenangan hidup.

Bagiku, hakikat dari orang sukses adalah kemampuan seseorang dalam memaknaki arti kesuksesan itu sendiri. Bukan hanya sekadar indikator dari kesuksesannya.Boleh jadi kita bercermin pada kebanyakan tanda-tanda kesuksesan, semisal hidup dengan kekayaan, jaminan masa depan, terpandang dalam kedudukan. Lebih dari itu, hakikat kesuksesan bagiku merujuk bagaimana sikap seseorang terhadap cara menyikapi hidup dalam kehidupannya. Boleh jadi orang sukses dalam pengertianku ini adalah mereka yang tidak kaya, tidak memiliki derajat pangkat dalam strata sosial dalam masyarat, akan tetapi mereka mampu menghadapi hidup dengan keikhlasan, ketawakalan, ketawadhuan, dan keistiqomahan. Bagi orang sukses menurut pengertianku, ada atau tidaknya fasilitas duniawi tidak mempengaruhi perilaku sikap dan sifatnya. Ia akan berusaha bertanggung jawab atas apa yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala amanatkan untuknya. Kalaupun banyak harta melimpah, ia nafkahkan ke jalan yang benar-benar Allah Subhanahu Wa Ta'ala ridhoi. Jabatan dan pangkat yang masyarakat amanatkan untuknya ia tunaikan sesuai kadarnya. Teguh berpendirian, tanggung jawab, dan dapat dipercaya. Baginya tidak ada lagi yang dapat mengawasinya selain pengawasan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Gambaran orang-orang sukses tersebut hanyalah secuil dari penjabaran pengertian orang sukses menurut pengertianku. Meski masih banyak penjabaran yang lebih detail, setidaknya dengan mengerti dan memahami hakikat kesuksesan itu lebih condong dari bagaimana memperbaiki hati.

Untuk itulah, aku sengaja membuat jadwal rutinitasku. Aku meyakini landasan-landasan bagaimana aku membuat jadwal ini. Dengan berharap perbaikan akhlak melalui jadwal yang lebih berpatokan pada waktu shalat mantubah, maka segala aktivitas yang dilakukan di antara waktu-waktu shalat tersebut akan berkah. Harapan ini bagiku logis. Sebab aku meyakini bahwa orang yang berusaha memperbaiki hatinya terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan mudah untuk memperbaiki kehidupannya yang lain. Bukan saja lantaran kebiasaan dan tanggung jawab menjalani jadwal itu, melainan Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan membantu. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Tidaklah Allah mengubah suatu kaum, melainkan kaum itu sendiri yang mau mengubahnya."

***

==(( Jadwal Shalat yang Berpatokan pada Waktu Shalat ))==

Aku meyakini bahwa orang yang sedang memperbaiki shalatnya, maka segala sektor kehidupan yang lainnya juga otomatis akan berubah lebih baik. Begitupun jadwal yang berpatokan pada waktu shalat, maka yang menjadi pilar pembatas dan pengokoh seluruh aktivitas akan lebih kuat pondasinya. Bagi aktivitas yang dijalankan pada hari itu akan serasa ringan dan tenang karena sudah menjalankan kewajibannya sebagai seorang hamba. Apalagi bila jadwal itu tertib dijalankan sesuai apa-apa yang sudah digariskan, tentu shalat lima waktu pun akan ditunaikan tepat pada waktunya.

Jadwal yang sedang aku susun ini dimulai dari kegiatan pada pagi hari. Dimulai dari aktivitas bangun tidur sampai dengan waktu tidur lagi. Antara kedua waktu tersebut sebgai 'pos' aktivitas adalah waktu shalat. Pada 'pos' di sini akan ditempatkan aktivitas eksplisit untuk merefleksikan seluruh kegiatan yang sudah terjadwalkan. Apakah sudah sesuai dengan apa-apa yang sudah direncakana atau belum. Apakah ada kendala dalam pelaksanaan jadwal tersebut dan apa-apa yang menjadi solusinya untuk kedepannya. Jika ada jadwal yang tidak ditunaikan, layakkah mendapatkan toleransi. Konsekuensi apa yang dapat kita terapkan agar menimbulkan efek jera dan tidak lagi mengulangi kemalasan mengulangi pelanggarannya terhadap apa-apa yang sudah direncanakan oleh jadwal.

Sebelum menuliskan jadwal, ada baiknya mendaftarkan terlebih dahulu seluruh aktivitas yang biasa dilakukan. Aktivitas yang sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kelompokkan ke dalam aktivitas rutinitas dan kewajiban serta aktivitas kebutuhan. Jenis pengelompokkan ini pun perlu dirumuskan agar mengetahui urgensi/pentingnya jenis aktivitas ini.

Jika semua sudah didaftarkan, tulislah kerangka jadwalnya. Tempatkan aktivitas-aktivitas tersebut di antara pos-pos tadi. Lalu tulislah dan pampang jadwal rutintias itu di tempat yang mudah kita lihat dan ingat. Boleh di dinding kamar dengan poster besar, atau dibuat semenarik mungkin. Dengan begitu kita akan merasa bangga pada komitmen yang kita buat sendiri. Program ini selain untuk mendidik kedisiplinan juga dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab terhadap apa-apa yang sudah dikomitmenkan.

***

contoh jadwal rutinitas
==(({ Jadwal Rutinitasku }))==



Subuh
    - Mandi + Shalat Subuh berjamaah
    - Tadarus dan Tadabur Al-Quran
    - Menyiapkan pembelajaran
    - Ro'an (bebersih)
    - Memanaskan sepeda Motor
    - mengajak persiapan sekolah adik
Dhuha
    - Wudhu + shalat sunah dhuha
    - berangkat ke sekolah
------------
ibadah kerja
------------
Dhuhur
    - Mandi/wudhu
    - Shalat Dhuhur berjamaah
    - Tadarus dan tadabur Al-quran
    - Makan siang
    - Mengevaluasi kerjaan
    - berkarya sastra
    - menyiapkan adik sekolah madrasah
    - membaca buku bacaan
    - ro'an
    - istirahat
Ashar
    - Mandi/wudhu
    - tadarus dan tadabur Al-Quran
    - membaca buku bacaan
    - berkarya sastra
    - ro'an
    - menjemput adik
Maghrib   
    - mandi/wudhu
    - shalat maghrib
    - tadarus dan tadabur al-Quran
    - bimbingan terhadap adik
    - makan malam
Isya
    - shalat isya berjamaah
    - tadarus dan tadabur Al-Quran
    - menyiapkan persiapan kerja
    - berkarya sastra
    - membaca buku
    - bersantai/menonton televisi
    - tidur
Qiyamul Lail
    - shalat tahajud/tobat/tasbih/hajat
    - Dzikir dan Wirid
    - Muhasabah dan doa
    - tidur lagi*
***

Jadwal di atas adalah jadwal harian. Maksudnya, jadwal di atas dibuat untuk mewadahi atau menggarisi seluruh kegiatan sehari-hari. Adapun kegiatan semacam tugas yang menyebabkan terjadinya perubahan jadwal harus dibuat terpisah. Kalau jadwal rutinitas ini berlaku juga untuk jadwal kegiatan tugas, atau beberapa proyek kerjaan, tentu keefektifan jadwal rutinitas ini akan terganggu.

Pemisahan jadwal tugas atau proyek dilakukan agar tidak terjadi ketergantungan terhadap kegiatan sehari-hari. Boleh jadi kita terlalu memaksa dan turut pada jadwal rutinitas yang sudah ditetapkan di atas. Tetapi malah mengabaikan tugas yang sama penting yang perlu sekali dikerjakan. Pemisahan jadwal tugas tidak serta merta pula menghapus seluruh kegiatan harian. Jadwal tugas menjadi acuan dari tenggat waktu kapan tugas itu harus segera diselesaikan. Poin-poin jadwal tugas yang sama pentingnya nanti akan dimasukan ke dalam waktu yang memungkinan tugas/kerjaan itu dikerjakan.

Contohnya begini, selain tugas rutinitas yang terjadwalkan di atas. Tiba-tiba pekerjaan menugasi kita untuk menyelesaikan laporan. Tenggat waktu laporan tersebut adalah 2 minggu. Tugas tersebut dapat diperinci dengan kegiatan mencari bahan-bahan laporan, pengolahan data laporan, dan penyusunan laporan. Masing-masing kegiatan itu dimasukan ke dalam jadwal rutinitasl pada waktu yang mungkin dapat dikerjakan. Misalnya mencari bahan-bahan laporan dapat dilakukan antara waktu Dhuhur hingga Ashar. Maka poin tugas ini dimasukan ke jadwal rutinitas. Di sini berlaku juga toleransi pada agenda kegiatan harian yang sudah ditetapkan. Dengan melihat urgensi/kepentingan jadwal pada waktu tersebut, kita dapat menggantikan kegiatan yang sifatnya tidak terlalu penting dengan kegiatan jadwal tugas ini.

Namun, perlu digarisbawahi di sini. Derajat kepentingan jadwal rutinitas bukan diartikan sebagai hal yang diremehkan derajat kepentingannya. Tadarus al quran menjadi sangat penting guna mendidik jiwa dan hati. Maka bila tugas tadarus ini diganti dengan kegiatan penting, alangkahnya sayangnya. Mestinya kegiatan tadarus al quran ini mendapat prioritas. Sebab kegiatan tadarus al quran juga berguna membantu hati untuk melaukan tindakan agar hati tenang. Oleh karenanya, untuk memasukan jadwal tugas mesti melihat mana-mana yang perlu digantikan dan mana-mana yang tidak perlu. Kita juga perlu memahami betul pada kegiatan-kegiatan mana yang perlu kita jadikan prioritas terkait masalah mendidik hati. Sebab jadwal rutinitas ini dibuat bertujuan pokok untuk membuat hati istiqomah dan terpaut pada haulah terhadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Waallahu a'lam bishshowab.
 

Melatih diri menjadi pribadi yang optimis

Bisakah kita melatih diri menjadi lebih optimis ? Jawabannya harus bisa terus berusaha & buat latihan ini wajib di lakukan. Kenapa ! Karena optimis menjadikan seseorang bahagia, merasa sehat & sukses dalam hal ini selalu membawa pola pikirnya kearah yang positif. Memang terkadang kita bisa terbawa suasana optimis terkadang psimis, malah ada orang sikap psimisnya lebih dominan di bandingkan sikap optimisnya. Bisa jadi karena faktor lingkungan yang membentuk sikap psimis itu tadi, maka bergaul lah pada lingkangan yang baik & harus bisa terus berusaha. Sudah terbukti banyak tokoh - tokoh yang sukses dari awalnya sering mendapat kegagalan tetapi karena yakin & berusaha akhirnya sukses.

Penelitian oleh American Medical Association mengungkapkan optimis tidak hanya membuat anda merasa lebih baik, juga membuat anda terlihat lebih baik. Optimis berasal dari rangkaian proses aktif otak bagian kiri sehingga anda dapat melatih diri menjadi optimis.

Berikut ini beberapa yang bisa di praktekkan di kehidupan sehari - hari untuk melatih diri menjadi pribadi yang optimis :
 
1. Tingkatkan keyakinan dengan mendekatkan diri kepada Allah ( Tuhan YME ).
Ini suatu kewajiban bagi umat beragama, terus berdoa berserah diri, mensyukuri kelebihan & kekurangan nikmat yang di berikan untuk melatih agar hati & pikiran tenang. 
" Allah sudah mengatur segala sesuatu dengan sebaik - baiknya, tinggal bagaimana kita menjalaninya. Kita mau bahagia maka bersikaplah yang baik & bergaul di lingkungan yang baik sebaliknya kita merasa susah bisa jadi salah satu penyebabnya karena sikap kita kurang baik & bergaul pada lingkungan tidak baik juga ".
 2. Motivasi diri sendiri.

Melatih Diri menjadi Pribadi yang Optimis

" Saat kita berhadapan pada suatu tantangan, maka katakanlah pada diri kita bahwa kita bisa, kita pasti berhasil, karena kita selalu berdoa meminta kepada Allah agar selalu di mudahkan segala urusan. Selalu katakan bantuan Allah akan segara datang cepat atau lambat ".
Kira - kira seperti itulah contoh motivasi diri sendiri dengan selalu berpikir positif & yakinkan diri sepenuhnya. Agar perkataan kita menjadi doa sebaliknya bila perkataan kita buruk berarti kita mendoakan diri sendiri tidak baik, seperti itu logikanya.

3. Bayangkan manfaat yang di dapat menjadi diri yang optimis.
Misalnya : bayangkan setelah kita berhasil melawan & menyelesaikan tantangan, kita tinggal menikmati hasil dari kesuksesan itu. Bayangkan tingkat kesabaran kita lebih tinggi setelah bersusah payah melatih diri, melawan, menyelesaikan tantangan. 
" Dengan membayangkan hal - hal yang positif diharapkan membangkitkan gairah semangat, kita jadi termotivasi, muncul ide kreatif, tidak mudah menyerah, sehingga memudahkan dalam menyelesaikan tantangan ". 
4. Jadikan masalah sebagai tantangan bukan menjadi beban.
Masalah di anggap beban membuat kita berpikiran mendapat masalah besar. Apabila pola pikir seperti itu, kita bisa kan merubah pola pikirnya seperti hadapi masalah sebagai tantangan, kita rubahlah pola pikirnya bahwa masalah itu sebagai pelajaran diri kita, kita rubahlah pola pikirnya bahwa masalah itu sebagai guru yang memberikan pengalaman berharga.

Kalau seperti itu kita dapat mengetahui mana yang baik atau buruk, mana yang harus di lakukan atau tidak di lakukan.

5. Bebaskan diri kita dari perasaan takut gagal.
Perasaan takul gagal akan mencegah kita untuk mengarungi pengalaman yg sangat banyak, menarik, dan berguna bagi kita. Jangan khawatir dengan pandangan orang lain mengenai kita, juga cacian orang lain kepada kita karena itu adalah sebagai nilai raport untuk kita kembangkan menjadi diri yang lebih baik. Jadikanlah kegagalan ini sebagai pintu menuju kesuksesan karena kegagalan memang benar - benar pintu gerbang kesuksesan. 
" Semua orang besar pernah mengalami kegagalan, paling tidak satu kali dalam hidup mereka, karena bila tidak pernah gagal, mereka tidak akan bersungguh - sungguh untuk mendapatkan kesuksesan dalam hidup. Sebagaimana adanya kegagalan dalam hal tertentu, hal itu akan menjadikan kita mengenali titik - titik kelemahan dan kekuatan pada pribadi kita sehingga dapat mengembangkan titik kekuatan dan menghilangkan titik kelemahan kita ". 
Dan banyak lagi beberapa yang bisa di praktekkan di kehidupan sehari - hari untuk melatih diri menjadi pribadi yang optimis seperti menjaga kesehatan sebagai kebutuhan utama. Sementara cuma ini yang bisa saya bagikan silahkan teman - teman menambahkan.

Sumber : http://semyceper.blogspot.com

Empat poin penting saat memulai bisnis

Dalam membangun atau memulai suatu usaha, semangat saja tentunya tidak akan cukup. Apalagi bila Anda ingin usaha Anda berhasil dan menguntungkan. Ada beberapa hal yang harus Anda pertimbangkan sebelum memulai bisnis, misalnya saja proyeksi keuangan dan sumber dana untuk memulai bisnis.

Setidaknya ada empat poin penting yang harus Anda perhatikan saat hendak memulai bisnis di antaranya:

Sumber dana untuk memulai bisnis
Menentukan sumber dana ini sebaiknya menjadi hal pertama Anda pikirkan saat memulai usaha. Bila Anda berencana untuk menggunakan uang sendiri, hitunglah seberapa besar uang rumah tangga yang idealnya diinvestasikan ke dalam usaha baru. Sementara bila Anda memilih untuk mengajukan pinjaman atau kredit usaha ke bank, pastikan arus kas usaha mampu untuk membayar komitmen cicilannya. Sedangkan bila Anda memilih untuk bermitra, tentukan bagaimana pembagian keuntungan atau kerugian yang terjadi.

Model usaha
Seperti apa model usaha yang paling optimal untuk bisnis Anda. Setiap usaha pastinya memiliki kondisi unik yang menjadikannya memiliki model bisnis yang berbeda.

Penggerak biaya
Cari tahu saja yang menjadi cost-driver atau penggerak biaya untuk bisnis Anda. Ini agar Anda bisa membedakan biaya apa saja yang sifatnya variabel, tergantung pada banyaknya penjualan. Serta biaya apa saja yang bersifat tetap dan pasti terjadi meski tidak terdapat penjualan.

Sistem pembayaran untuk pemilik
Sebelumnya, tentukanlah bagaimana pemiliki usaha akan dibayar. Apakah dengan menggunakan sistem gaji, atau menerima dividen secara berkala dari nilai keuntungan. (as/dari berbagai symber)

Bagaimana cara memulai usaha??

Sebetulnya cara untuk memulai suatu usaha sangatlah mudah dan gratis tanpa biaya sedikitpun. Syaratnya hanya satu, mulailah dengan memiliki sebuah MIMPI.
 
Pertanyaan ini sering muncul ketika seseorang ingin memiliki sebuah usaha, bagaimana cara memulai usaha?? Sebetulnya cara untuk memulai suatu usaha sangatlah mudah dan gratis tanpa biaya sedikitpun. Syaratnya hanya satu, mulailah dengan memiliki sebuah MIMPI. Karena dengan bermimpi Anda dapat menciptakan ide bisnis yang luar biasa, hingga akhirnya ide bisnis tersebut diolah menjadi sebuah peluang usaha baru yang menguntungkan.

Bermodal dengan ide bisnis dari sebuah mimpi besar yang dimiliki, tahapan selanjutnya memulai usaha dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Tentukan gagasan bisnis yang akan dikembangkan. Sebaiknya sesuaikan usaha yang akan dibuka dengan kemampuan, minat atau bakat yang kita miliki, namun tanpa meninggalkan faktor peluang pasar yang ada pada masyarakat. Banyaknya pengusaha sukses, karena mereka memilih bidang usaha yang mereka sukai. Sehingga kita akan selalu berusaha mengembangkan bisnis yang kita miliki, dengan perasaan senang hati tanpa ada kejenuhan ataupun rasa bosan yang sering muncul. Selain itu dapat juga memulai usaha baru yang belum pernah ada di pasaran sehingga terkesan unik dan menarik, atau membuka usaha yang telah banyak dipasaran namun memiliki peluang pasar yang masih besar.
  2. Buatlah visi dan misi usaha. Sebuah usaha harus memiliki visi serta misi yang jelas, sehingga tujuan dan langkah usaha tersebut dapat terkonsep dengan baik guna menunjang pengembangan usaha yang dibangun. Sekecil apapun usaha yang dimiliki, namun adanya tujuan usaha mempengaruhi kinerja serta hasil usaha yang akan diperoleh.
  3. Action. Sebaik apapun ide bisnis yang kita miliki, tidak akan pernah menjadi usaha yang sukses jika kita tidak segera bertindak. Mulailah usaha yang Anda rencanakan dengan penuh keyakinan dan ketekunan, karena menjalankan sebuah usaha hingga mencapai kesuksesan membutuhkan perjuangan dan perjalanan yang cukup panjang dengan kerja keras yang harus dijalankan.
  4. Selalu belajar dan lakukan pengamatan. Amati pengusaha yang telah sukses dengan bidang yang sama dengan kita, bila usaha kita tergolng baru amatilah strategi manajemen yang mereka gunakan. Hal penting lainnya yaitu perdalam pengetahuan mengenai semua hal yang berhubungan dengan bisnis yang kita jalankan, agar produk kita bisa lebih inovatif.
  5. Hadapi, hayati serta nikmati hambatan atau kegagalan. Membangun sebuah usaha hingga sukses tidaklah mudah, adanya hambatan serta resiko kegagalan hampir selalu membayangi setiap usaha. Untuk itu sebaiknya kita harus selalu berpikiran positif terhadap hambatan serta kegagalan yang ada, karena dalam tiap kesulitan akan ada kemudahan jika kita mau bekerja keras. Tanpa kita sadari, dalam keadaan terdesak kreativitas seseorang akan meningkat untuk mencari solusi dari masalah yang ada. Oleh karena itu, hadapi, hayati serta nikmati hambatan usaha karena akan menguatkan mental usaha kita dan menambah kemampuan kita dalam membangun usaha.
Kunci kesuksesan memulai sebuah bisnis adalah berani menjadikan mimpi kita menjadi ide bisnis yang nyata. Jangan pernah takut gagal dalam memulai bisnis, karena setiap kegagalan akan memberikan pelajaran berharga bagi langkah bisnis Anda. Salam sukses.
 

Membuat karyawan anda bangga

Perusahaan yang memiliki citra diri yang positif dan rasa bangga akan lebih kompak dan efisien, serta "citra perusahaan" menjadi lebih kuat. Ketika karyawan menghormati dan menghargai organisasi tempat mereka bekerja, maka produktivitas, kualitas kerja, serta kepuasan kerja mereka akan meningkat.

Ide
Apakah karyawan Anda bangga bekerja di perusahaan Anda? Rasa bangga ini bisa ditimbulkan oleh tujuan, kesuksesan, etika, kualitas kepemimpinan organisasi, atau kualitas dan pengaruh produk yang dihasilkan. Salah satu contohnya adalah Taylor Nelson Sofres (TNS), sebuah perusahaan informasi pasar terkemuka yang memiliki 14.000 karyawan tetap di seluruh dunia. Perusahaan ini mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk klien, menyediakan riset mengenai masalah bisnis dan pasar, serta menyelenggarakan polling di bidang sosial dan politik.

Jaringan perusahaan ini mencakup 70 negara yang sebagian besar tergabung melalui proses akuisisi. Konsekuensinya, karyawan sering kali lebih setia pada bisnis lokal "dalam negeri" TNS dibandingkan terhadap grup yang tampakh jauh atau asing. Namun demikian, ketika salah seorang eksekutifnya menjadi korban bencana tsunami di Asia Selatan pada bulan Desember 2004, TNS mendonasikan $250.000 pada UNICEF untuk membantu proses pemulihan. Altruisme ini menyatukan perusahaan karna karyawan merasa senang bekerja pada organisasi yang menjujung nilai-nilai yang mereka hormati.

Seperti yang diilustrasikan oleh TNS, sikap sederhana dan positif dapat meraih hasil yang mengesankan dalam hal kepuasan, kebanggaan, dan motivasi karyawan.

Penerapan
  • Adakan kegiatan untuk memperlihatkan corporate social responsibility -- seperti donasi, pengumpulan dana, atau sekedar menjalankan praktek bisnis dengan lebih mengedepankan rasa welas asih. Ini semua dilakukan untuk membuat karyawan dan calon karyawan merasa bangga bekerja pada organisasi Anda.
  • Tanyakan pada karyawan nilai apa yang mereka hargai -- apa yang mereka inginkan agar dilakukan oleh para atasan mereka?
  • Berikan kesempatan kepada karyawan untuk terlibat dalam kegiatan pengumpulan dana dan menjadi sukarelawan.
  • Hindari praktek bisnis negatif. Karyawan akan kurang termotivasi untuk bekerja dalam organisasi yang dipandang negatif oleh masyarakat.
  • Ingatkan karyawan bahwa layanan yang mereka berikan memberikan manfaat bagi masyarakat; bagaimana pekerjaan yang mereka lakukan setiap hari turut membawa perubahan positif dalam masyarakat.
by Jeremy Kourdi

Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. MauApaAja - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger