Home » » Jabatan adalah amanah

Jabatan adalah amanah

Dari Ma’qal bin Yasar ia berkata, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda, ’Tidak ada dari seorang hamba yang ALLAH SWT memintanya memimpin sekelompok orang lalu meninggal dalam keadaan berbuat curang kepada mereka, kecuali ALLAH SWT akan mengharamkan baginya surga.”(Riwayat Bukhori dan Muslim)

Akhir-akhir ini jabatan dan kepemimpinan menjadi bahan rebutan. Padahal menjadi pejabat atau pemimpin bukanlah perkara yang mudah. Tanggung jawab yang harus dipikul sangatlah berat. Jika lalai dalam melajankan tugas ancamannya tidaklah ringan.

Hal inilah yang membuat para sahabat selalu berusaha menghindar dari jabatan. Begitu pula dengan para tabiin mereka sangat menjaga jarak dengan kekuasaan. Bukan karena tidak kapabel, tapi lebih disebabkan oleh rasa wara’ dan takut terhadap gemerlap kekuasaan yang kerap melenakan seseorang. Tapi anehnya kita yang hidup di zaman sekarang, dengan tingkat keshalehan yang pas-pasan, sangat bernafsu menjadi pejabat atau penguasa.

Tak ada pemimpin yang ingin celaka. Untuk menghindari hal itu, seorang pemimpin harus selalu belajar pada sejarah pendahulunya yang menuai sukses dalam memimpin. Umar bin khaththab RA salah satu di antaranya. Sejarah kepemimpinan yang kedua ini sangat penting untuk dirujuk.


Salah satu sikap yang paling menonjol dari Umar RA rasa takutnya kepada Allah SWT dalam menjalankan tugas. Ia takut gagal di mata Allah SWT sehingga dicampakkan kelak di dalam neraka. Rasa takut itulah yang membuatnya sangat hati-hati dan sungguh-sungguh dalam memimpin. Ia memimpin nyaris tanpa jam kerja. Pagi siang malam siap melayani rakyatnya. Pada malam hari, Ia kerap berpatroli sekedar untuk memastikan apakah rakyatnya aman dan nyaman. Jika Ia menjumpai orang yang kelaparan, ia akan segera ke baitul mal untuk mengambil gandum dan memikulnya dengan pundaknya sendiri.


Begitulah seharusnya gaya hidup setiap pemimpin. Seorang pemimpin harus selalu memiliki rasa takut kepada Allah SWT. Hanya dengan rasa takut seperti itulah, sebuah kesadaran dan rasa tanggung jawab akan tumbuh. Kesadaran yang akan selalu membuat seseorang senantiasa berhati-hati dan bersungguh-sungguh dalam melajankan tugas. Ia tau dan sadar, kalau amanah yang sedang diembannya merupakan amanah dari Allah SWT. Jika ia lalai, maka Allahlah yang akan menghukumnya. Dan hukuman Allah SWT di akhirat cuma satu, yaitu neraka.

Dengan kesadaran seperti itu, gaya hidup seorang pemimpin akan lebih zuhud. Jabatan tidak lagi akan dijadikannya sebagai sarana untuk memperkaya diri atau mengumpulkan pundi-pundi harta. Jabatan akan dijadikannya sebagai sarana untuk mengabdi kepada Allah SWT.

Tak heran jika kehidupan para pejabat pada zaman khulafa’arrasyidin sangatlah bersahaja. Ketika Abu Bakar jadi khalifah, ia tetap berdagang di pasar. Umar pun demikian. Rumahnya tetap sederhana dan tanpa pengawalan. Di beberapa daerah, ada yang gubernurnya masuk dalam daftar fakir miskin yang berhak mendapatkan bantuan. Seperti yang pernah dialami oleh Sa’ad bin Amir, gubernur Himsha di era pemerintahan Umar bin Khaththab. Adakah pemimpin seperti itu sekarang….?
*Ahmad Rifa’i/Suara Hidayatullah.

Sumber: http://heldi.net
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. MauApaAja - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger